Tajamnya Lisan, Lukanya tak Terobati

DINDA APRYANTI

NIM: 0101.22.0042

    Alhamdulillahirabbal‘aalamiin, wasshalatuassalamu ‘alaa asyrafil anbiya’iwal Mursalin wa ‘alaa Alihi wa sahbihi rasulillahi ajma’in. Rabbisrahli shadri wayassirli Amri wahlul ‘uqdata millisani yafkohu qouli. Segala puji bagi Allah SWT atas semua karunia-NYA yang diberikan kepada Kita. Shalawat beserta salam tidak lupa kita hadiahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, dengan melafadzkan "Allahumma shalli 'alaa sayyidina muMuhammwa 'alaa Alihi sayyidina Muhammad". Asaalamualaika ya Rasulullah...

    Sebagai seorang manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT, kita diberikan karunia berupa keistimewaan yang berbeda dari makhluk yang lain. Keistimewaan itu berupa nikmat berbicara melalui lisan kita. Namun demikian kita tidak bisa sembarangan mengeluarkan kata kata melalui lisan kita, karena ucapan yang sudah keluar dari lisan kita bisa mendatangkan manfaat apabila yang disampaikan adalah hal hal yang baik dan berguna serta tidak menyakiti orang lain dan juga bisa mendatangkan mudhorat apabila yang disampaikan itu hal yang tidak baik dan menyinggung orang lain. Kalau lisan kita selalu dijaga maka imej tentang diri kita juga akan terjaga. Tidak ada ketakutan dari orang lain terhadap kita. Orang lain akan mempercayai kita ketika akan berbicara atau bermusyawarah. Dimanapun kita berada orang lain akan merasa aman dan nyaman.

    Sebaliknya kalau lisan kita tidak terjaga, sering mengatakan hal hal yang buruk, sering menyakiti orang lain dengan ucapannya, maka orang akan menghindari kita apabila akan berbicara atau bermusyawarah. Dan kalau imej itu sudah melekat pada diri kita akan sulit untuk mengubahnya. Berikut ayat tentang berkata -kata baik:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71].

    Salah satu teladan yang dikisahkan oleh baginda Rasulullah adalah tentang perkara menjaga lisan. Walaupun lidah tak bertulang, namun lebih tajam dari pedang. Dari lidah masalah bisa timbul, dari lidah juga bisa menjadikan kawan jadi lawan. Maka diperlukan kesadaran diri untuk berfikir sejenak sebelum berkata agar tidak ada yang merasa tersakiti. Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah tengah berkumpul bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang wanita Quraisy membawa beberapa buah jeruk sebagai hadiah. Rasulullah SAW menerimanya dengan senyuman dan mulai melahap semua jeruk hingga tak tersisa satu pun. Ketika wanita tersebut pulang, salah seorang sahabat bertanya pada Rasulullah, mengapa beliau tidak menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Baginda Nabi pun menjawab "Tahukah kamu, sebenarnya buah jeruk tadi rasanya terlalu masam. Jika kalian turut makan, saya ragu ada diantara kalian yang mengernyitkan dahi atau memarahi wanita tersebut". Saya takut hatinya tersinggung, sebab itu saya habiskan semuanya agar kalian tidak merasakan dan membenci wanita tersebut.

    Sebenarnya, si wanita pembawa jeruk adalah utusan orang-orang quraisy yang membenci rasul. Jeruk yang rasanya masam sengaja diberikan untuk memperdayai rasulullah berserta sahabatnya. Namun, rencananya gagal karena akhlak mulia junjungan kita nabi Muhammad yang tetap terlihat baik meskipun beliau diperlakukan demikian. Kisah tersebut mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga lisan supaya tidak menyakiti perasaan orang lain, meskipun bisa jadi orang lain memiliki niat yang jahat terhadap diri kita. Allah tidak selalu mengirim orang baik pada kita. Adakalanya Allah kirim orang yang tidak menyenangkan untuk menjadi penyelamat kita. Baik menurut kita bisa belum tentu baik menurut Allah.

    Begitu pun sebaliknya. Untuk itu, kita harusnya selalu bersyukur dalam hal apapun. Sebelum berbicara, pastikan perkataan kita benar dan tidak akan menyakiti perasaan orang lain, karena apa yang sudah keluar melalui bibir kita adalah sesuatu yang harus kita pertanggungjawabkan nantinya. Jika belum bisa berkata yang baik, maka opsi yang tepat adalah lebih baik diam saja. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah sepatutnya kita meneladani sifat baik beliau, terlebih dalam perkara lisan. Meskipun kita dihadapkan dengan orang-orang yang berperilaku tidak menyenangkan, tetaplah berbuat baik karena Allah menyukai orang yang berbuat kebaikan. Akan selalu ada balasan yang baik bagi orang-orang yang berbuat baik.

    Semoga paparan di atas memberikan manfaat agar hidup kita di dunia menjadi lebih baik dan di akhirat terhindar dari api neraka. 

Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU-GURU HEBAT!

Pentingnya Pendidikan Akhlak sejak Usia Dini